Dewasa
“Jika dewasa membuatku menjadi manusia
berguna, meskipun itu jebakan akan ku masuki jebakan itu tanpa keraguan”
Pesawat
kelas ekonomi ini akan membawaku pergi ribuan kilometer dari tempat dimana aku
dibesarkan selama kurang lebih 21 tahun ini. Mungkin pesawat yang membawaku
pergi sekarang adalah kelas ekonomi, tapi aku berharap dari pesawat ekonomi ini dapat membawaku ke masa depan VIP. Percaya tidak percaya, tidak ada air mata
dari Ibuku saat melepas kepergianku. Sejenak aku sadari, bahwa dari dulu aku
memang sering meninggalkan ibuku, mungkin rasanya sama saja dengan kepergianku
yang sebelumnya, hanya saja sekarang durasi waktunya aku pastikan lebih lama.
Pelukan dan lambaian tangan mengantar kepergiaanku. Aku yang baru saja lulus
dari pendidikan sarjana segera memilih melanjutkan study ke negara orang, dengan
ekspektasi. Pikiran yang masih kekanakan diusia awal dua puluhan.
Bagaimanapun
juga realita tak akan pernah sesuai dengan ekspektasi, paling tidak sepanjang
hidupku yang belum terhitung lama ini. Sebenarnya tak banyak hal yang berbeda
dengan keadaan di Indonesia, akan tetapi yang namanya rumah pasti lebih nyaman
seburuk apapun itu. Keterbatasan kemampuan berbahasa mandarin yang aku punya dan
keterbatasan bahasa inggris yang mereka punya seperti menjadi penghalang alami
yang menahan kita mengembangkan sayap pertemanan. Tak banyak komunikasi yang
bisa aku jalin dengan teman dikelasku, bicara seperlunya meskipun aku ingin
bicara banyak hal yang tidak perlu.
Karena
kehidupan sekolahku sebelumnya yang selalu mempunyai cerita dan keseruan,
kehidupan sekolah disini terasa amat sangat membosankan. Terkadang untuk
berangkat kesekolah pun aku merasa sangat malas, karena disekolah aku hanya
akan belajar. Tak seperti sebelumnya, dimana aku berangkat sekolah karena semangat
untuk bertemu teman. Disamping aku harus belajar disekolah, setiap akhir pekan aku
juga harus bekerja paruh waktu untuk mencukupi kebutuhan hidupku. Setiap sabtu
dan minggu aku bekerja di sebuah warung Indonesia di Taiwan, gaji yang aku dapatkan
sangat membantu dalam mencukupi kebutuhan hidupku selama disini, tapi itu
bukanlah suatu pekerjaan yang aku ingin lakukan.
Kehilangan
kehidupan, mungkin itu yang aku rasakan selama aku bersekolah disini. Tak ada
waktu untukku pergi jalan – jalan layaknya orang yang sedang ke luar negeri.
Tapi sebaliknya jika aku ada waktu, itu artinya tak ada uang untuk makan
seminggu kedepan. Tapi aku masih beruntung karena masih ada teman senegara yang
masih bisa diajak cerita ataupun sekedar makan diluar. Keberuntungan lainnya
adalah aku tinggal di asrama yang disediakan sekolah, dan teman kamar yang sama
– sama murid internasional yang pasti akan menggunakan bahasa internasional
untuk berkomunikasi dengan yang lain. Tak seperti saat di Indonesia dimana aku
lebih senang berada disekolah daripada dikamar kost, disini yang aku rasakan
adalah sebaliknya.
Karena
mulai lepas dari uang orang tua, baru aku sadari kenapa banyak kejahatan terjadi
beralasankan uang. Sebagian besar hal yang ingin aku lakukan benar – benar memerlukan
uang. Menilik setiap kegiatanku kebelakang, aku sama sekali tak pernah
mempermasalahkan dan mempertimbangkan tentang uang, aku masih punya orang tua
yang bisa aku minta disaat aku memerlukan. Tapi sekarang, umur memaksaku untuk
berpikir lebih dewasa, dan salah satu cara menjadi dewasa adalah tanpa meminta
kepada orang tua.
Kehidupan
sekolahku disini berjalan biasa saja, tapi tentu saja banyak hal yang tak akan
aku dapatkan jika aku memutuskan untuk tetap di Indonesia. Disini aku menjadi
sadar bahwa menjadi dewasa adalah suatu jebakan, uang adalah bagian besar yang
tak pernah luput dari pikiran. Bagiku menjadi dewasa terlihat sama sekali tak
menyenangkan. Tapi aku tak punya pilihan untuk tak menjadi dewasa, karena bagaimanapun juga aku
akan menjadi dewasa begitu saja.
Memutuskan
untuk pergi ke Taiwan bukanlah hal yang buruk bagiku karena dengan hidup disini
aku sedang ditempa untuk mempersiapkan diriku dimasa depan. Seperti yang aku katakan
sebelumnya karena realita tak akan pernah sama dengan ekspektasi apalagi
imajinasi. Menjadi dewasa memang terlihat sama sekali tak menyenangkan, tapi tak ada yang buruk dengan menjadi dewasa. Banyak hal yang hanya bisa kita lakukan hanya setelah kita menjadi dewasa. Toh tak perlu menunggu sampai kita siap untuk menjadi dewasa, semua akan terjadi begitu saja.
Komentar
Posting Komentar