Kelabu

Aku sejujurnya gak tahu harus bersikap bagaimana, kemarin merupakan salah satu hari yang paling ditunggu aku dan teman - temanku, hari dimana satu kata akan menentukan kehidupan kita kedepannya, hari dimana beberapa pendapat orang yang bahkan tidak menemani dan melihat proses kita sampai saat  ini memutuskan masa depan kita. 

Sejujurnya beberapa minggu kemarin aku meragukan diriku sendiri apakah aku tetap bisa diputuskan untuk lanjut dengan kontribusi yang aku berikan sekarang atau tidak, tapi tepat beberapa hari sebelum kemarin dan sampai kemarin aku menjadi yakin bahwa aku dan teman - temanku yang lain pasti dapat meneruskan perjuangan kita saat ini ketahap yang lebih jauh. Yakin bahwa nanti kami dapat berkumpul kembali dengan formasi lengkap sama seperti saat pertama kita bertemu.

Tapi hari kemarin berhasil mengejutkan kami semua. Bagaikan shock therapy, semua keyakin dan doa yang aku panjatkan selama ini ternyata belum dapat terwujud. Bahkan berhasil menghapus senyum dan tawa yang bahkan baru beberapa menit disunggingkan sebelum satu kata terucap dan berhasil mengubahnya menjadi deru air mata.

Dimana yang salah? apakah benar salahnya selama ini proses? atau ternyata salahnya ada diakhir?

Dia bilang diakhir semuanya baik, semua berjalan seperti yang sudah dipersiapkan, tapi kenapa?

Aku turut andil dalam hal ini, aku turut bersalah hal ini dapat terjadi. Seandainya aku lebih vokal, menyuarakan apa yang ada didalam hati dan dalam pikiran mungkin hasil akhirnya akan sedikit berbeda. Seandainya selama proses itu aku lebih perhatian, mungkin hasilnya juga akan berbeda. Aku sedikit banyak menangkap kenapa ini terjadi, tapi setengah dari diriku terus bertanya dan menyangkal kenapa ini bisa terjadi. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen - Mortal

Never Coming Back

Puisi - Setapak Hidup